resign to RESHINE

Sudah 2 bulan lebih saya memerdekakan diri saya dari rutinitas kantoran dimana perjalanan karir saya dimulai sekitar thn 2001 dulu. Beragam alasan menjadi pembenaran keputusan saya (yang Alhamdulillah dipahami dengan baik oleh suami).
Sebenarnya keinginan untuk resign dari kantor terakhir saya itu sudah muncul lama sekali, mulai terbersit ketika Layang Satya Katara lahir dan menambah kebahagiaan kami. Rasanya kok saya tidak cukup rela untuk meninggalkannya bekerja. Tetapi saat itu hasrat resign serta merta luruh ketika saya bertemu Mbak Rini yang berbesar hati untuk membantu saya mengasuh Layang seperti anaknya sendiri ketika saya dan suami harus meninggalkan rumah untuk bekerja. Alhamdulillah.

Beberapa bulan berjalan setelah saya kembali aktif bekerja seusai cuti hamil, muncul repetisi masalah klasik yang dulu pernah terjadi di kantor ini. Mungkin mulai dari pertengahan tahun hingga September lalu kening seluruh penghuni ruangan berwarna orange itu tiba-tiba merasakan pening yang tidak terobati dengan obat sakit kepala yang populer di iklan tivi.
Kami resah dengan masa depan, galau dengan tagihan rutin serta gelisah membayangkan keluarga dirumah. Baca lebih lanjut

Layangku S1 ASIX

Alhamdulillah besok, anak lanang, Layangku lulus S1 ASIX dan siap-siap untuk MPASI perdananya. Rasanya WOW sekali, ternyata ketika niat sudah bulat, saya diberi banyak kemudahan untuk konsisten. Sejauh ini, suami dan keluarga selalu mendukung dan bahkan tetangga pun banyak yang bersimpati.

6 bulan kurang sehari ini, beberapa hal penting yang terjadi:

  • Sekitar umur 40 harinya Layang, saya terkena mastitis yang sungguh luar biasa meyiksa selama hampir 2 minggu. Meski saya harus sambil menangis ketika menyusui, saking sakitnya tetapi tidak menyurutkan niat saya sedikitpun untuk berhenti menyusui. Layang jugalah yang membantu penyembuhan mastitis saya dengan setiap hisapan untuk mengosongkan gentong susunya :p * akan saya coba tulis secara khusus tentang mastitis dan pengobatan yg saya lakukan

Layang anakku sayang, Layang anakku lanang


Sore itu, ketika bayiku tertidur pulas dalam mendung yang menggelayutkan gerimis samar-samar. Saya teringat untuk menuliskan sebuah penjelasan dari beberapa tanya teman serta kerabat kenapa ‘Layang’

Dari awal, saya dan suami telah sehati untuk memilih nama yang membumi, sebuah tetenger yang mampu merefleksikan asal usul kami dan identitas kami sebagai orang Jawa. Sengaja saya memang berpaling dari daftar panjang nama-nama yang bernuansa arabian, nama kebarat-baratan, nama yang merupakan singkatan nama orangtuanya maupun nama tematik yang mencerminkan momen tertentu.

Pertimbangan kami untuk tidak menggunakan rumus singkatan nama orangtua, karena kami tidak ingin menyisipkan bayang-bayang kami dalam kehidupan anak kami. Biarlah dia bertumbuh dengan sebuah kebanggaan sempurna dengan identitasnya sendiri yang mandiri. Sedangkan pilihan nama barat tidak sekalipun terbersit untuk menggunakannya, karena pedoman hidup kami bukan dari situ. Kami memilih nama berbahasa Jawa dan Sansekerta (sebagai ibu dari bahasa dunia) sebagai nama anak kami, untuk mengusung sebuah doa serta sebuah harapan baik bagi anak kami dan keluarga kami. Dan doa itu kami bahasakan dalam bahasa ibu kami. Bukankah sebuah doa juga bisa dipanjatkan dalam beragam bahasa bukan? Ya, pastinya karena Tuhan Yang Maha Keren itu sangat luar biasa
Baca lebih lanjut

chocholate & (not) a valentine

Sebuah break manis menghentikan rutinitas pagiku hari ini
Sebuah coklat berpita dari suami 🙂 niatnya sih selametan valentine (* kok selametan ya he..he…) rasanya wagu sekali, suami saya yang tak sedikitpun punya bakat romantis, mau-maunya nyempetin beli coklat buat saya dan kok gak malu gitu. Saya saja yang di kasih surprise ala ABG ini tak kuasa menahan malu dan sayapun tertawa terkekeh-kekeh:))
Selain itu, memang hari ini luar biasa spesial, Layang yang sangat kami sayang genap berusia 4 bulan, Allhamdulillah. dan hati saya pun bersemu-semu merah jambu, aiih ^_^

choosing the perfect obgyn

Saat saya ketahuan hamil, hal krusial yang menjadi prioritas adalah menemukan dokter terbaik untuk mendampingi kehamilan saya. Dan sepanjang pengalaman saya mencari dokter yang sehati dengan keinginan saya sangat sekali tidak mudah. Tetapi selama kita tidak menyerah untuk mencari, pasti Tuhan akan menunjukkan yang terbaik, tentu dengan cara yang sangat misterius tetapi menyenangkan 

Dari testimoni teman, saya memantapkan hati untuk cek kehamilan di sebuah RSKIA di Babarsari. Berbekal hasil testpack dan pengetahuan tentang kehamilan yang memadai saya dan suami bergegas kesana. Untuk pertamakalinya, saya harus menelan kekecewaan karena dokter yang saya kunjungi pelit informasi, saya yang masih dalam kondisi bingung apakah saya beneran hamil atau tidak sama sekali tidak merasa diberikan pemahaman yang baik untuk menghandle kehamilan saya.

Anehnya juga, saya tidak di USG dalam kehamilan yang diperkirakan berumur 4 minggu ini, padahal teman saya di RSKIA yang sama dengan usia kehamilan yang sama di USG untuk melengkapi analisa dokter dan menurut saya sih memantapkan hati calon ibu, bahwa di rahimnya beneran telah bersemayam seorang calon bayi. Dokter tersebut ( yang pada akhirnya beberapa kali saya jumpai di kontrol selanjutnya) mengatakan: Kalau hasil testpack positif, ya sudah pasti Anda hamil. *sigh, kalau hanya itu informasi yang ingin di bagi mending saya tak usah repot-repot ketemu dokter kandungan. Tak lama saya diberi vitamin dan pulanglah saya dengan hati yang tidak rela *dramatisasi pertama

Baca lebih lanjut

oleh oleh unik dari Pacitan :)

Sudah lama sekali, saya tak sempat mudik ke Pacitan. Terakhir mudik sewaktu ke Banyu Anget dan pingsan di goncengan suami, bawaan hamil muda he..he.

Akhir pekan di awal juli kemarin, kami akhirnya mudik kembali ke Pacitan. Saya naik travel yang melonjak-lonjak di jalanan yang tak sekedar naik turun, tetapi sekaligus berlobang. Bahkan di perbatasan Jogja-Jateng-Jatim jalan yang rusak, lobang-lobangnya melebihin badan jalan yang mulus (sigh). Sementara lelakiku naik motor, yang pastinya akan lebih dulu sampai di sana.

Hampir masuk kota, mata saya menangkap sebuah baliho rokok yang mencolok mata. Dominasi warnanya sih terasa familiar, tetapi ketika di amati ternyata brand rokok tersebut adalah GEO. Sebelumnya saya belum kenal brand ini, sama kasusnya seperti dulu pas saya mudik ke Pacitan, di beberapa pinggiran perbatasan ada umbul-umbul rokok POLO. Tak seberapa lama kemudian POLO ada dimana-mana termasuk di Jogja sendiri. Nah GEO ini entah akan berekspansi ke kota atau berhenti di Pacitan saja, saya kurang tahu. Baca lebih lanjut

Orang-orang berhati nyaman di Jogja

Senin yang sedikit kepagian, saya melaju santai menuju kantor. Sengaja tak cepat-cepat agar sesampai di kantor, agar saya tak jadi orang yang pertama datang.

Matic andalan yang lancar dan gesit tiba-tiba terasa aneh ketika saya melewati Mirota Bakery Kotabaru. Mulai sedikit panik, tapi saya pasang acting santai.Eh makin lama kok makin susah menggerakkan motor, bahkan gas pol juga tak mampu membuat roda depan melaju, malah makin seret. Wah saatnya panik nih, siap-siap kalau motor berhenti mendadak.

Eh, tak dinyana tau-tau ada polisi mengejar pengendara motor, menyalip saya. Ah saat yang tak terlalu tepat untuk panik dan tergopoh-gopoh minggir, karena sepertinya pengendara motor tersebut lebih panik dari saya, dan mungkin beberapa lembar rupiah di dompetnya sudah tak sabar berpindah tangan he..he…

Duh, saya harus fokus pada masalah saya, dan segera saya pelan-pelan minggir . Aih benar saja, motor terhenti ada sedikit bau menyeruak seperti terbakar. Motor langsung saya off kan dan segera saya menelpon suami agar segera datang membantu.

Bagi yang melintas jalan Sudirman arah ke Tugu jam 9-9.30, akan melihat seorang perempuan berjaket tebal, dengan perut buncit berdiri di samping motor macet di samping kedai stempel. Hmmm…

Baca lebih lanjut

eh…salon harto

Sebenarnya agak nggak penting postingan ini :p
Tetapi saya tergelitik untuk menulisnya, just to share and no offense please 🙂
Sejak saya pindah di di daerah wonocatur, setiap harinya saya nyebrang ring road timur untuk menyusuri jalan Wonocatur yang akan nembus ke perempatan Gedong Kuning. Dan setiap kali melintasi mulut jalan wonocatur tersebut, pasti saya menyempatkan untuk mengamati salon di pojok pengkolan. benar-benar pas pojok jalan, sehingga mau tak mau arah pandangan mata saya fokus ke situ.
Kalaupun di amati salonnya terlihat biasa saja, terlalu biasa malah. yang bikin saya penasaran adalah namanya, yaitu SALON HARTO 🙂
hellooo….. ! Bukannya salon itu identik dengan sesuatu yang cantik, dan Harto?! aih…. terdengar cantikkah itu?

Baca lebih lanjut

travelling a bit of pacitan

dulu, mimpi kami selalu membuncah untuk merencanakan honeymoon ala backpacker mengintari pantai lepas di luar pulau. kami menunggu waktu sembari mencoba menghimpun rupiah. tetapi pada akhirnya kami harus tunduk pada rencana lain. mimpi indah terpanggang di bawah matahari perlahan pudar oleh angkuhnya waktu yang tak kuasa kami taklukkan serta rupiah yang tak kunjung mengendap tenang.
hingga,
awal bulan ini kami akhirnya mempunyai kesempatan untuk merealisasikannya. tepatnya, ada sebuah pembenaran untuk dijadikan alasan kuat melakukan perjalanan untuk merayakan pengulangan umur yang terus mengurangi jatah umur saya.
berhubung hamil muda, perbekalan saya super lengkap, bertamasyalah saya, suami dan our lovely fetus menuju pesisir pantai Pacitan. Baca lebih lanjut